[بلا عنوان]

A. Jenis dan Bentuk Pengembangan Paragraf Beserta Contohnya Dalam menyusun sebuah teks tentunya kita mengenal adanya paragraf. Teks merupakan kumpulan dari beberapa paragraf yang tersusun sehingga teks tersebut menjadi padu. Makalah ini akan membahas tentang jenis paragraf yang berlandaskan bentuk atau pola pengembangan paragraf beserta contohnya. Jenis paragraf berdasarkan bentuk atau pola pengembangannya dibagi menjadi 9 jenis. Diantaranya yakni klimaks-antiklimaks, sudut pandang, perbandingan dan pertentangan, analogi, contoh, klausalitas, generalisasi, klasifikasi, dan definisi luas. Berikut ini penjelasan dari jenis dan bentuk pengembangan paragraf : 1. Klimaks-Antiklimaks a. Klimaks merupakan perincian gagasan cerita dari bawah menuju gagasan cerita yang paling puncak. Atau bagian dalam cerita yang mendeskripsikan peristiwa sampai pada konflik yang paling tinggi. Seperti pada contoh berikut. “Setelah menunggu pergantian tahun dan gagal mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Budi tetap berusaha untuk mengikuti les privat. Ia tidak menyerah walaupun jika usahanya belum membuahkan hasil. Dengan ketekunan yang ia lakukan, alhasil tahun ini namanya tercantum dalam pengumuman sebagai mahasiswa baru perguruan tinggi negeri.” Pada kalimat di atas penjabaran runut dari hal terkecil memuncak hingga yang terbesar ditunjukkan pada penggalan kalimat “mengikuti tes masuk perguruan tinggi.” Peryataan runut dan dimulai dari hal yang terendah hingga menuju hal paling puncak adalah syarat utama dari penggunaan majas antiklimaks. b. Antiklimaks merupakan variasi gagasan yang dimulai dari gagasan cerita yang paling tinggi kemudian diikuti dengan gagasan yang lebih rendah secara perlahan-lahan. Atau penurunan masalah dalam cerita dari konflik tertinggi kemudian berangsur-angsur menuju ke konflik terendah. Seperti pada contoh berikut. “Seorang pengusaha sukses itu punya cabang hampir di setiap kota. Dengan kegigihan yang dilakukan ia menjadi salah satu pengusaha yang namanya tersohor di negeri ini, siapa sangka jika ia hanya seorang lulusan sekolah menengah tapi memiliki semangat kerja keras yang tinggi.” 2. Sudut Pandang Pola sudut pandang merupakan bentuk pengembangan paragraf yang didasarkan pada persepsi yang berkaitan dengan posisi atau tempat penulis pada sebuah teks.seperti pada contoh berikut. “Aku masih duduk di bawah besi melingkar yang memayungiku. Sudah hampir setengah jam tak nampak rupanya. Satu persatu orang di sebelahku mulai pergi dengan jemputannya. Satu jam berlalu, rupanya pun masih tak nampak sampai air jatuh dari langit yang abu-abu.” Dan berikut adalah jenis-jenis sudut pandang : a. Sudut Pandang Persona Ketiga “Dia” Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga, gaya “Dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita menebut nama, atau kata gantinya. Ia, dia, mereka. Sudut pandang ‘dia’ dapat dibedakan dan keterkaitan pengaruh terhadap bahan ceritanya. Disatu pihak pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “dia” atau yang disebut sudut pandang “Dia” mahatahu, di lain pihak, ada juga sudut pandang yang mempunyai keterbatasan “Pengertian” terhadap tokoh “Dia” yang diceritakannya, atau yang disebut sudut pandang “Dia” terbatas, “dia” sebagai pengamat. Sudut pandang orang ketiga, biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, atau “dia”. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya misalnya “Aisha”, “Fahri”, dan “Nurul”. Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya : ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak. Sudut pandang ”dia”dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh ”dia”, jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertian” terhadap tokoh ”dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja. Ada yang berpendapat bahwa sudut pandang menggunakan gaya “Dia” terbagi menjadi dua, yaitu: 1. “Dia” Mahatahu Dalam sudut Dia pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata. 2. ”Dia” Terbatas ”Dia” Dalam sudut pandang ini, sebagai pengamat. Dalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama. b. Sudut Pandang Persona Pertama “Aku” Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (First-person point of new), “Aku”, jadi: gaya “Aku”, narator adalah seseorang ikut terlibat dalam cerita. Tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri. Seorang pembaca, penerima apa yang diceritakan oleh si “Aku”, maka kita hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan si “Aku”. Sudut pandang personal pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan peran dan kedudukan si “Aku” dalam cerita, yaitu “Aku” tokoh utama dan “aku” tokoh tambahan. ‘aku’ tokoh utama dalam sudut pandang mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Selanjutnya, dalam sudut pandang ini tokoh “aku” sebagai tokoh tambahan hadir membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian “dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang